Semua pengetahuan penting untuk hidup di dunia yang akan mendatangkan keridaan Allah terkandung di Al Quran: hakikat kehidupan di Dunia, mengapa manusia diciptakan, cara mendapatkan kehidupan yang berkecukupan, dan system moralitas yang paling sesuai.
Orang-orang yang beriman pada kebenaran ini dan hidup sesuai dengan Al Quran akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya di dunia dan di Akhirat.
Namun, masyarakat kafir tidak memiliki kebenaran dan kekuatan yang sesungguhnya untuk membimbing mereka. Kenyataannya, mereka tidak tahu dari mana nilai mereka berasal, siapa yang menciptakan mereka, serta kapan dan mengapa mereka menjadi norma sosial masyarakat.
Aturan ini, yang tidak dapat dipastikan namun dipakai oleh masyarakan secara keseluruhan, merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Faktanya, semua nilai-nilai, idealisme, dan dasar sosial masyarakat kafir didasarkan pada tradisi, yang juga dikenal sebagai cara-cara nenek moyang.
Setiap orang memiliki posisi tetap berdasarkan status sosial, jenis kelamin, keyakinan, keadaan, dan gaya hidup.
Posisi wanita ditentukan oleh kriteria tetap ini dan kepercayaan yang dominan. Dalam sebagian masyarakat, wanita dianggap memiliki jiwa yang lemah dibanding pria, hanya karena mereka lemah secara fisik.
Secara mengejutkan, banyak orang benar-benar percaya kebohongan ini karena kesalahan dan ide yang jelas-jelas tidak masuk akal bahwa kepribadian, moralitas dan kemampuan wanita terbatas dalam proporsi langsung ke tubuh kurus. Sebagai contoh, berbagai kegiatan diklasifikasikan sebagai pekerjaan pria atau pekerjaan wanita.
Jelas, perbedaan kekuatan dan bentuk fisik mereka sedikit berdampak pada tugas yang mereka kerjakan.
Namun dalam masyarakat kafir, pembedaan ini didasarkan pada kefanatikan tertentu yang mereka anggap kelemahan dalam intelektual dan bakat.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Orang Kafir Memandang Wanita"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.